Critical Thinking and Problem Solving
Problem 1 :
Sebuah proyek konstruksi memiliki permasalahan pembebasan lahan, padahal pembangunan harus segera dilaksanakan. Lokasi proyek berada di perkampungan nelayan dan akan dibangun Giant Sea Wall. Selain masalah pembebasan lahan, penduduk setempat juga terancam kehilangan mata pencaharian sebagai petani tambak karena lokasi tambak terdampak pembangunan Giant Sea Wall. Bagaimana anda menyelesaikan permasalahan ini? Gunakan peraturan AMDAL sebagai acuan, dan untuk menyelesaikannya gunakan Collaborative Decision Making Process.
How to Solve?
Pembangunan
merupakan perubahan yang terencana menuju suatu perbaikan. Pembangunan memiliki
tujuan untuk meningkatkan kualitas seluruh aspek kehidupan masyarakat yakni
aspek sosial, budaya, politik, dan ekonomi guna mewujudkan kesejahteraan sosial
(Amalia dan Malihah, 2016). Namun, proses pembangunan tidaklah selalu mulus seperti
yang diharapakan. Tidak sedikit permasalahan bahkan konflik terjadi bahkan
sebelum pembangunan dimulai. Salah satunya yaitu permasalahan pembebasan lahan.
Pembebasan
lahan merupakan tahapan paling krusial dalam proses pembangunan. Jika tahapan
ini tidak segera diselesaikan, maka akan menghambat tahapan-tahapan selanjutnya
dan terjadilah keterlambatan proyek. Hal ini tentu merugikan banyak pihak
termasuk kontraktor. Padahal menurut Kamaruzzaman (2012), Time merupakan
salah satu unsur utama dalam sebuah proyek selain Cost, Quality,
dan Quantity, yang menentukan efektif tidaknya suatu proyek.
Seperti
halnya yang terjadi pada proyek pembangunan Giant Sea Wall yang berlokasi di perkampungan
nelayan. Masalah pembebasan lahan jelas menjadi sebuah polemik baik bagi warga
terdampak yang notabene bermatapencaharian sebagai nelayan maupun bagi pengamat
yang tidak terdampak. Ada yang pro, ada yang kontra. Ada yang setuju, ada yang
tidak setuju. Ada yang diuntungkan, tidak sedikit pula yang dirugikan. Para
nelayan tentu akan menuntut ganti “untung” terhadap kehilangan sumber utama
mata pencaharian mereka dan dampak yang terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Namun, bagi para pengamat yang tidak terdampak secara langsung juga para
investor, melihat ini sebagai proyek yang menguntungkan. Selain dapat mencegah
terjadinya banjir, Giant Sea Wall akan memunculkan peluang usaha baru. Peluang
usaha baru itu antara lain adalah jasa wisata bahari, perdagangan barang dan
jasa untuk keperluan masyarakat setempat dan lain sebagainya (Zulham, et al,
2014).
Untuk menyelesaikan masalah pembebasan lahan dengan segera, ada beberapa hal yang bisa diupayakan antara lain:
- Riset lebih lanjut
Diperlukan riset lebih lanjut mengenai kondisi keluarga para nelayan, seperti pekerjaan istri nelayan, kegiatan anak nelayan apakah bersekolah atau ikut membantu bekerja sebagai nelayan. Selain itu perlu riset lokasi relokasi yang prospektif dan menjamin kesejahteraan masyarakat terdampak.
- Studi Kelayakan / AMDAL
Risiko Studi Kelayakan / AMDAL pada prinsipnya menjadi penentu keberlangsungan suatu proyek, sehingga apabila beberapa asumsi tidak terpenuhi dapat mengakibatkan proyek menjadi tidak layak dan harus dibatalkan (Sandhyavitri dan Saputra, 2013).
- Sosialisasi
Diperlukan pendekatan Socio Engineering, yaitu sebuah pendekatan terhadap kelompok tertentu, dimana kita mempunyai suatu maksud terhadap kelompok tertentu itu. Pendekatan yang dimaksud disini adalah pendekatan secara interpersonal, dengan mengenal lebih dalam lagi, dan memahami maksud serta keinginan kelompok tersebut agar ditemukan titik temu antara keinginan dan maksud kita, serta keinginan dan maksud kelompok tersebut. Dalam pendekatan ini diperlukan adanya kemampuan serta seni untuk memahami (Hermawan, dkk. 2011).
- Negoisasi
Setelah memahami dan mengerti tuntutan nelayan yang berbeda-beda walaupun tetap ganti untung, diperlukan negoisasi yang cermat. Meskipun bagi owner terlihat berat di awal, penulis yakin keuntungan yang diperoleh setelah proses pembangunan Giant Sea Wall selesai akan jauh lebih besar daripada pengeluarannya melihat potensi-potensi peluang usaha baru yang akan muncul nantinya.
- Edukasi
Tanggung jawab owner tidak boleh hanya sampai pembangungan proyek selesai, tetapi juga turut berkontribusi kepada masyarakat terdampak pasca proyek. Bisa dengan memberi pelatihan, pendampingan, dan asistensi. Dukungan pelatihan dan asistensi tersebut harus sesuai dengan potensi usaha baru yang tumbuh, sehingga akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat (Zulham, A., 2014).
- Pengelolaan yang Baik
Perlunya kesadaran pemerintah dan masyarakat dalam berkontribusi yang bersinergi mengelola Giant Sea Wall dengan baik sangatlah penting agar konstruksi ini dapat melayani masyarakat dalam jangka waktu yang lama.
Daftar Pustaka :
Amalia, M., & Malihah, E. (2016). Konflik
Pembebasan Lahan Pembangunan Bendungan Jatigede di Desa Wado. SOSIETAS, 6(2).
Hermawan, F., Kistiani, F., & Santoso, T.
D. (2011). Pengaruh Pembebasan Lahan Terhadap Risiko Proyek Konstruksi (Studi
Kasus Social Engineering Proyek Jalan Tol Ruas Semarang Bawen). Teknik, 32(2), 88-94.
Kamaruzzaman, F. (2012). Studi Keterlambatan
Penyelesaian Proyek Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil, 12(2).
Sandhyavitri, A., & Saputra, N. (2013).
Analisis Risiko Jalan Tol Tahap Pra Konstruksi (Studi Kasus Jalan Tol Pekan
Baru-Dumai). Jurnal Teknik Sipil, 9(1), 1-19.
Zulham, A. (2014). PEMBANGUNAN GIANT SEA WALL:
BERMANFAATKAH BAGI MASYARAKAT PERIKANAN?. RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian
Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan, 1(3), 129-134.
Zulham, A., Z, Nasution., R, Muhartono., Nurlaili., F, Nurpriatna. 2014. Kajian Sosial Ekonomi Terhadap Rencana Pembangunan Giant Sea Wall. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanana. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. [Unpublished].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar